TERKAIT DEMO RIBUAN GURU, GASAK MINTA PERHATIAN PEMIMPIN BIREUEN

.

Harian Analisa
Senin, 27 Oktober, 2008

Bireuen: Gabungan Solidaritas Anti Korupsi (GaSAK) Bireuen meminta bupati selaku pengambil kebijakan di Pemkab Bireuen untuk dapat membuka mata hati menyikapi serangkaian persoalan yang terjadi di daerah itu, terutama terkait aksi demo ribuan guru belum lama ini.
“Yang tejadi di Bireuen terkesasn jauh lebih jelek dibanading masa pemerintahan sebelumnya. Hari ini kita melihat seolah adanya pembiaran oleh pejabat Bireuen dalam menyikapi berbagai persoalan. Ini merupakan suatu pertanda buruk pemerintahan Bireuen,” kata Ketua GaSAK Bireuen, Mukhlis Munir.
Dia meminta, Bupati Bireuen Drs Nurdin AR harus bijak menyikapi desakan ribuan guru yang melakukan aksi demo. Terlepas dari unsur suka atau tidak suka, aksi yang digelar kemarin adalah sebuah pertanda sebuah klimaks dari ketidakpuasan guru yang diperlakukan secara sewenang-wenang oleh oknum Kadis Pendidikan.
“Keputusan melakukan perlawanan secara massal itu dinilainya bukan datang dari segelintir guru sebagaimana tudingan kadis, tetapi lebih merupakan sebuah bentuk protes dari kalangan yang terus dizalimi,” ujar Mukhlis.


Tuntaskan Persoalan

Untuk secepatnya menuntaskan persoalan itu, Bupati Bireuen harus segera mencari akar permasalahan dari akumulasi ketidakpuasan kalangan pendidik, Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Bireuen. Bahkan kasus itu sempat pula diwarnai dengan aksi demo ratusan pelajar.
“Bupati Bireuen jangan memelihara bisul dalam kabinetnya. Jika terus dibiarkan maka bisul ini suatu saat akan meledak dan menimbulkan risiko ke sekujur tubuh. Bisul itu nantinya akan meledak sehingga berekses pada kredibilitas pemimpin pilihan rakyat seperti pasangan Nurdin-Busmadar,” ingatnya.
Dalam persoalan pendidikan, menurut Mukhlis, jika bupati tidak mampu bersikap arif karena sinyalemen tertahan dengan sikap wakil bupati yang bersikeras mempertahankan kadis pendidikan, maka imbas tersebut dengan sendirinya akan diterima langsung oleh bupati sendiri.
GaSAK menilai, kebiasaan Bupati Bireuen bepergian ke luar daerah atau keluar negeri telah membuka peluang sejumlah pejabat lainnya di Bireuen untuk melakukan perbuatan-perbuatan diluar kontrol atasan, bahkan banyak pula yang ikut-ikutan bepergian dengan menghabiskan dana publik.
Jika ini yang terjadi, dengan sendirinya tidak mengherankan kalau APBK Bireuen 2008 mengalami defisit hingga Rp35 miliar.
“Menurut kami, selama ini banyak dana yang terkuras untuk hal-hal yang tidak perlu. Padahal seharusnya, anggaran yang diplot untuk kegiatan yang tak bermanfaat bisa dialihkan ke pos-pos lain,” pinta Mukhlis. (hel)